Fhoto
Mamuju- Mbs77sulbar.com– Sumpah pemuda merupakan sebuah upaya kristalisasi semangat para pemuda dalam menegaskan cita-cita besar berdirinya bangsa indonesia. Sumpah yang berbunyi bertanah air satu, berbangsa yang satu, dan berbahasa yang satu dirumuskan pada saat kongres kedua pemuda pada 27-28 Oktober 1928 di jakarta.
Sumpah pemuda lahir atas dasar perjuangan dan perlawanan pemuda dimasa lampau yang pada saat itu berusaha untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan belanda. Sejak abad ke-17 perlawanan-perlawanan secara fisik telah muncul diberbagai daerah akibat kekerasan yang dilakukan oleh kolonial belanda. Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sama sekali tidak membuahkan apa yang diharapkan karena politik penjajahan belanda mampu menaklukkan semua perlawanan hingga akhirnya penjajahan belanda dapat menguasai hampir seluruh daerah nusantara.
Dengan demikian, para pemuda melakukan perlawanan untuk cita-cita kemerdekaan dengan cara yang lain, yaitu dengan organisasi pemuda. Lahirlah Organisasi Budi Utomo yang didirikan pada 20 Mei 1908. Momen ini dijadikan sebagai sejarah kebangkitan pemuda indonesia dan diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada tahun 1911 muncul Organisasi Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Samanhudi seorang pebisnis Batik dari Solo dan berganti menjadi Sarekat Islam yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. Pada saat yang sama, juga berdiri Indische Partij yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu Ki Hajar Dewantara, Danudirdja Setia Budi, dan Tjipto Mangunkusumo.
Tujuan daripada berdirinya berbagai Organisasi yang diprakarsai oleh pemuda indonesia yaitu untuk merebut kemerdekaan dari penjajahan kolonialisme. Mereka melakukan perlawanan dan perjuangan melalui tulisan-tulisan kritis disurat kabar, juga aksi-aksi manifestasi menuju kemerdekaan. Setelah itu banyak bermunculan berbagai organisasi yang didirikan oleh pemuda akan tetapi belum bisa memberikan harapan yang pasti karena mereka bergerak sendiri-sendiri. Perkumpulan Pelajar Indonesia yang saat itu mengampuh pendidikan di Negri Belanda merasa Resah akibat Pergerakan Pemuda Indonesia yang terkotak-kotak sehingga menginisiasi untuk mengadakan Kongres Pemuda I pada tahun 1926.
Kongres Pemuda Indonesia II diadakan di jakarta pada 27-28 Oktober 1928 yang kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda Indonesia. Setelah Kongres Pemuda II berakhir, perjuangan para pemuda masih tetap berlanjut, perlawanan terhadap pemerintah hindia belanda tak henti-hentinya hingga mencapai titik klimaks dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Sumpah pemuda dirumuskan sebagai dasar dalam membangkitkan rasa nasionalisme, para pemuda tidak lagi berjuang sendiri-sendiri melainkan berjuang secara kolektif dalam merebut kemerdekaan indonesia. Perlu digaris bawahi bahwa, dasar dari terwujudnya kemerdekaan ialah bersatunya seluruh pemuda dari berbagai daerah hingga menimbulkan sebuah kekuatan besar dalam melawan kolonialisme. Jong Celebes, Jong Java, Jong Sumatra dan masih banyak Jong lainnya yang bergabung dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Mengenai gerakan pemuda sebelum kemerdekaan, tentunya pemuda saat itu memiliki semangat yang tinggi dan jiwa yang besar dalam proses-proses perjuangan menuju kemerdekaan. Soekarno muda dikenal dengan gagasannya yang besar mengenai Nasionalisme, juga dikenal sebagai Singa Podium karena Pidatonya sangat berapi-api serta mampu membuat semua rakyat indonesia yang mendengar Pidatonya begitu terkesima. Tan Malaka muda, seorang yang sederhana namun memiliki gagasan yang mewah. Sebelum Soekarno dan kawan-kawannya menggagas mengenai Republik, Tan Malaka sudah jauh lebih dulu menggagasnya dalam bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925).
Bung Hatta, Syutan Syahrir, dan masih banyak lagi tokoh pendiri bangsa lainnya, mereka memiliki kualitas diri dan keahlian yang berbeda-beda namun atas perbedaan itu mereka bersatu dan menghasilkan kekuatan yang besar, mereka adalah manifestasi dari pada berdirinya bangsa Indonesia.
Melihat perkembangan zaman, tentunya pola-pola perjuangan pemuda, sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan jauh berbeda. Dimana gerakan pemuda sebelum kemerdekaan berjuang dengan semangat yang tinggi untuk merdeka dari para penjajah kolonialisme belanda, mereka berjuang melawan ketertindasan, eksploitasi, dan ketidak adilan yang dilakukan oleh kolonialisme belanda. Akses pendidikan pada saat itu juga masih sangat terbatas dan masih sangat langka. Pendidikan hanya dapat diperoleh kaum priyayi atau bangsawan melalui kebijakan politik etis belanda. Pendidikan yang diperoleh pemuda saat itu menumbuhkan benih-benih pembebasan dari ketertindasan yang dilakukan kolonialisme belanda.
Pola Perjuangan Pemuda saat ini tidak lagi melawan Kolonialisme Belanda, melainkan bersatu padu dalam menegakkan keadilan yang masih timpang di negri ini. Seharusnya Pemuda lebih peka dalam menanggapi isu-isu kebangsaan hari ini, mulai dari Hoax yang masih tumbuh subur di media-media, konstelasi politik yang kian memanas, hingga pemuda sebagai kaum terpelajar seharusnya mampu menjawab permasalahan sosial disekitarnya.
Term yang sengaja diambil adalah Pemuda, bukan Pelajar dan bukan Mahasiswa karena kata Pemuda bersifat Egaliter, bersifat umum dan dijangkau oleh seluruh pemuda indonesia. Karena di indonesia sendiri banyak Pemuda yang dari latar belakang berbeda-beda. Pemuda tani, pemuda desa, pemuda buruh, pemuda miskin kota dan pemuda pelajar. Pemuda pelajar inilah yang kemudian mengorganisir diri dan mengorganisir pemuda-pemuda lainnya dengan melakukan edukasi dalam mencerdaskan pemuda yang lainnya atas ketertindasan yang dialami sehingga pemuda dari seluruh element dapat terorganisir dengan rapi dalam merebut kemerdekaan indonesia.
Dalam merefleksikan Hari Sumpah Pemuda, seharusnya para pemuda saat ini tidak hanya merayakannya secara Seremonial belaka, atau hanya sekedar Rutinitas saja melainkan juga mampu mengambil Spirit perjuangan yang dimiliki oleh Pemuda saat itu. Seharusnya Pemuda atau yang diesbut dengan Mahasiswa saat ini dapat merefleksikan Hari Sumpah Pemuda dengan berkumpul dan berdiskusi kemudian membedah sejarah mengenai Lahirnya Sumpah Pemuda. Dari sanalah kita dapat mempelajari bahwa betapa besarnya pemuda saat itu menginginkan Kemerdekaan dan keluar dari penjajahan Kolonialisme Belanda.
Mereka berjuang secara utuh, tidak setengah-setengah. Mereka rela keluar masuk Penjara, mereka rela menderita demi merdeka, bahkan Tan Malaka tidak pernah merasakan nikmatnya menikah karena tidak sempat memikirkan hal demikian karena yang hanya dipikirkan hanyalah bagaimana caranya Indonesia bisa keluar dari belenggu penjajahan dan merdeka seutuhnya.
Sudah sepatutnya Pemuda atau Mahasiswa saat ini melanjutkan perjuangan dari para Pemuda terdahulu. Konteks dan pola-pola perjuangannya juga tentu berbeda. Di era yang modern ini, Pemuda harus bisa menjawab tantangan zaman, harus bisa membaca kondisi sosial masyarakat disekitarnya dan harus bisa menjadi agen perubahan dilingkungannya. Hentikan sifat Konsumtif, membeli apa saja yang disenangi tanpa mengetahui apa manfaatnya. Hentikan sifat Apatis dan Hedon yang bermasa bodoh dengan segala hal dan hanya berorientasi pada kesenangan sesaat saja. Keluarlah dari zona nyaman, berkacalah pada sejarah, kita adalah bangsa yang penuh kaum muda dahsyat, mencari kenyamanan adalah kecenderungan kaum tua, apabila masih muda sudah sibuk mencari keamanan, berarti menghianati kodrat alam.
Pemuda saat ini adalah pemimpin hari esok, dengan bekal intelektual yang dimiliki oleh pemuda terpelajar atau yang biasa disebut sebagai Mahasiswa, maka mahasiswa hari ini seharusnya mampu menyadarkan, mampu menggerakkan dan mampu melakukan perubahan yang lebih baik. Modal sosial yang harus dimiliki mahasiswa ialah Keberanian dalam Berfikir dan Keberanian dalam Bertindak karena perubahan tidak datang dengan sendirinya, perubahan harus direbut dengan Keberanian dan kesadaran Intelektual maka dari itu salah satu jalan untuk merebut perubahan ialah dengan membaca kemudian menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan pengamalannya karena Ilmu adalah Amaliah dan Amal adalah Ilmiah. Bisa dikatakan bahwa Ilmu yang ilmiah adalah jika diamalkan.
Bapak pendiri bangsa indonesia Ir. Soekarno pernah mengatakan bahwa “Kalau pemuda sudah berumur 21, 22 sama sekali tak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa…pemuda yang begini baiknya digunduli saja kepalanya. Dengan pernyataan tersebut, Ir Soekarno menyindir Pemuda yang sama sekali tidak melakukan apa-apa untuk cita-citanya. Maka pertanyaanya ialah, apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa ini? Prestasi apa saja yang sudah kita raih? Cukupkah kita bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita?. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebutlah kita bisa bercermin dan merenung di Hari Sumpah Pemuda ini, untuk kemudian berbenah diri dan menjadi lebih baik lagi .
Oleh Muchsin Fadly :
Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
Universitas Muhammadiyah Malang
( Asal Kota Kabupaten Mamuju )
Editor : Iman 77