Nilai Rupiah tak Stabil, Siapa untung?

Daerah, Mamuju584 views

 

MAMUJU,mbs77 – Dampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat berimbas pada kegiatan usaha. Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), Dadal Angkoro di ruang kerjanya, belum lama ini.

Menurut Dadal, nilai tukar rupiah terhadap dolar yang tidak konsisten, membuat pengusaha menunggu untuk memproduksi barang. Alhasil, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Hal itu, lanjutnya, bakal berimbas kepada tenaga kerja hingga ke seluruh sektor yang ada. Keadaan tersebut juga mempengaruhi nilai konsumsi masyarakat karena daya beli berkurang.

“Tentu para pengusaha berpikir, lebih baik menunggu dulu, jangan produksi (barang) dulu. Jika perusahaan mengurangi produksi, tentu akan ada pemotongan gaji hingga PHK karyawan,” terangnya.

Olehnya, untuk meredam volatilitas nilai tukar, BI melakukan intervensi ke pasar dengan mengatur pergerakan nilai tukar rupiah, sehingga tertata dengan baik.

Selain itu, Dadal menjelaskan, BI melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) telah mengambil kebijakan dengan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin.

Di Sulbar sendiri, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, relatif menguntungkan petani.

“Di Sulbar ini hampir 99 persen struktur ekonominya adalah usaha primer. Petani sawit umpamanya, mereka lebih untung jika nilai 1 dolar sama dengan Rp 14 ribu ketimbang 1 dolar sama dengan Rp 10 ribu,” papar Dadal.

Dadal Angkoro berharap, pemerintah daerah mampu lebih inovatif lagi dalam mengembangkan UMKM di Sulbar.

Sekadar diketahui, fluktuasi nilai tukar banyak disebabkan oleh faktor eksternal. Di AS misalnya, yield dari US Treasury cenderung meningkat oleh naiknya suku bunga The Fed. Selain itu, dipengaruhi pula adanya kebijakan proteksionisme perdagangan pemerintah AS, disertai respon dari pemerintah Cina. (M)