Foto :
MAMUJU – Mbs77Sulbar.Com – Demi meraih simpati warga, khususnya para orang tua siswa SD Inpres Bulutakkang, beberapa oknum pendukung dari salah satu Paslon diduga tega membodohi warga dengan iming-iming akan diberikan bantuan pendidikan, berupa beasiswa.
Akibatnya, sejumlah orangtua siswa SD Inpres Bulutakkang mendatangi sekolah hanya untuk mendapatkan Nomor Induk Siswa (NIS) Nasional, sebagai persyaratan bantuan yang dimaksud.
Salah satu orang tua siswa, Suaib mengaku pernah didatangi seseorang dan dimintai datanya, berupa Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), serta Nomor Induk Siswa (NIS) Nasional.
Dikatakan, beberapa waktu lalu didatangi oleh Rusli (Bapa Igo) yang menawarkan akan mengusahakan bantuan beasiswa bagi anaknya dengan syarat mengumpulkan KTP, KK dan NIS nasional anaknya dari sekolah.
“Akan ada katanya bantuan beasiswa, makanya dia minta KK, KTP, sama NIS nasionalnya anak saya,” kata Suaib.
Lebih lanjut dikatakan, bahwa dia mengakui mengenal bapa Igo, pria yang datang menawarkan bantuan tersebut.
“Saya kenal bapa Igo, dari ini, anunya tim-timnya Sutina (Paslon 01),” ucapnya, dengan nada bingung.
Selain bapa Igo, ada juga itu Basir. Semua orangtua siswa yang anaknya bersekolah di SD sini dijanji akan dibantu bea siswa,” lanjutnya.
Ditempat lain, bapa Igo kepada media ini mengaku bahwa benar dia yang mengumpulkan KTP, KK dan NIS siswa SD Inpres Bulutakkang, dengan maksud untuk mengupayakan bantuan beasiswa kepada para siswa tersebut.
“Ada sekitar 80 siswa di sekolah ini dan tidak merata yang dapat beasiswanya. Nah, karena ada orang tua siswa yang mengeluh,” katanya.
“Jadi saya disuruh kumpulkan KTP sama KK itu orang tua murid oleh Panyol,” ungkap Rusli.
Menurutnya bahwa Panyol yang dimaksud oleh bapa Igo adalah seorang tenaga kontrak Satpol PP yang bertugas di kantor gubernur dengan nama Asli Parman alias Panjul alias Panyol.
“Dia itu satpol PP di Provinsi. Dia bilang ke saya kumpulmi saja, mudah-mudahan bisa ada bantuannya,” sebutnya.
Dirinya juga mengelak, dan mengaku tidak mengetahui mau dibawa kemana KK, KTP sama NISN murid itu.
“Saya hanya diminta untuk mengumpulkan data tersebut. Dan diserahkan kepada Panyol alias Parman,” ucapnya.
Seorang guru SD inpres Bulutakkang, yang tidak mau disebutkan namanya membenarkan, bahwa betul melihat dan mengalami langsung kejadian tersebut disekolahnya.
Ada beberapa orang tua murid yang sengaja datang ke sekolah dan langsung mengutak-atik data adminitrasi sekolah yang telah tersusun rapi.
“Kemarin ada beberapa orang tua siswa berbondong-bondong datang ke sekolah minta NIS nasional siswa, katanya untuk mendapatkan bantuan pendidikan, jadi kami sebagai guru juga sempat bertanya-tanya,” jelasnya.
Sebab, biasanya bantuan apapun itu namanya, pasti harus melalui sekolah. Tapi ini orang tua siswa yang lebih dulu tau dan langsung datang. Itulah yang membuat kami juga sebagai guru agak merasa kurang respek.
Menurut wali murid yang datang, mereka katakan hanya disuruh seseorang untuk mengumpulkan KK, KTP dan NIS nasional untuk mendapatkan bantuan.
Dan sempat ada wali murid yang katakan itu bantuan dari dinas sosial. Tapi yang bikin kita semua para guru bertanya-tanya, kenapa tidak melalui sekolah. Sedangkan biasanya bantuan apa saja itu, pasti melalui sekolah. Dan nantinya sekolah yang akan mendatanya sesuai persyaratan yang diberikan,” ungkapnya jelas.
“Dari orang tua siswa yang lain mengatakan, bahwa orang yang suruh kumpulkan KK, KTP sama NIS itu adalah salah satu tim dari itu, Paslon 01,” terangnya.
Karena dia kan bukan pegawai dinas sosial,
bukan juga pegawai atau petugas dari dinas pendidikan, dia cuma warga biasa (Rusli/ bapak Igo_red;) tapi kenapa dia bisa menyuruh-nyuruh itu orang tua siswa untuk mengumpulkan KTP, KK dan NIS? dan yang saya tahu dia itu timnya Sutina-Ado,” kuncinya.
Pihak Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mamuju, melalui Kasi Ketenagaan Bidang SD, Muh. Asrab,S.Pd membenarkan bahwa kejadian serupa juga kemarin terjadi di SD Inpres Rangas.
Dimana tanpa melalui Disdikpora, tiba-tiba ada kabar dari pihak sekolah, bahwa pihak orang tua siswa berbondong-bondong meminta data-data siswa langsung ke sekolah untuk mendapatkan bantuan pendidikan, berupa bea siswa.
Seharusnya kalau ada bantuan seperti itu, misalnya bantuan pendidikan dari dinas, setidaknya ada pemberitahuan ke kantor tentang penyaluran dana tersebut.
Lanjut dikatakan Asrab, artinya dari sisi positifnya memang baik, karena berupa bantuan. Tapi kita tidak tahu dari mana dan bagaimana, jangan sampai nanti ada yang salah atau keliru disitu.
“Kita inikan institusi, jadi harus jelas dan terstruktur,” sambungnya.
“Kami juga telah menghubungi pihak kepala sekolah, supaya tidak melayani hal-hal seperti itu, misalnya permintaan data siswa untuk kepentingan – kepentingan tertentu yang tidak jelas, terkecuali ada alasan jelas dari pihak orang tua siswa itu sendiri,” kunci Asrab, kepada media ini Via telepon. 13/11/2020 . **
Editor : Iman 77